Sabtu, 13 Oktober 2012

Kehidupan Kita

Pulang dari Ladang

Suatu sore saat berjalan-jalan di sebuah desa di lereng gunung, saya berjumpa dengan dua orang ibu ini. Mereka baru pulang dari ladang. Tertatih menyusuri jalan berbatu dengan beban di punggung plus di tangan. Walau mereka menyapa saya dengan ramah, tapi tak sanggup menyembunyikan keletiha dari wajah yang terlihat tidak muda lagi.

Sebelum ini saya mengeluh pada suami bahwa betapa enaknya jika diusia kami saat ini tak perlu kerja lagi. Perusahaan sudah stabil, sistem sudah berjalan dan peluang bertumbuh perusahaan tetap besar. Seharusnya diusia ini kami hanya fokus pada kerja kemanusiaan, pergi jalan-jalan dan tidak perlu mengkwatirkan soal bisnis dan uang.Nyatanya usaha kami baru sekedar bertahan, belum bisa disebut berkembang.

Tiba-tiba ingat nasihat nenek, " kalau memandang  lihat ke bawah, bukan ke atas." Iya selama ini saya terlalu banyak memandang keatas, membandingkan dengan orang lain yang saya anggap lebih enak. Perjumpaan dengan dua orang ibu ini seperti teguran Tuhan agar saya buka mata sebelum mengeluh. Kedua ibu tersebut terlihat tidak muda lagi, namun mereka tetap bekerja di ladang. Hanya Allah  yang tahu kapan mereka  akan berhenti.

Tampaknya begitu  yang sering terjadi dalam kehidupan. Kita menganggap kehidupan orang lain jauh lebih mempesona dibandingkan dengan kehidupan kita sendiri. Tapi apa iya ada kehidupan yang sempurna.

Salam,

1 komentar:

  1. Ah keren sekali tulisan ini.. Berhasil membuat saya turut merenung.. syahdu :)

    BalasHapus